Andai semua ini
berpihak pada jasad, tak kan lah ada yang namanya pengertian. Manusia telah
terbuai akan keindahan-keindahan dunia, fisik, pemikiran, kendaraan, fasilitas,
dan apa saja yang membuat isi dalam dada puas. Sebenarnya tidak perlu
memikirkan mendalam dan teliti akan hal semacam ini, kembali kepada diri
pribadi masing-masing. Apa konsekuensi tindakan yang dilakukan. Tak mesti yang
diharapkan mesti dipunya. Tak seharusnya berfikir semua berpihak pada diri jasad.
Fikiran dan hati jauh berbeda hasil olahnya. Duniawi di olah oleh kebijakan
fikiran, hikmah kebijaksanaan selalu berhasil diproses oleh sang hati. Namun
apa artiinya hati tanpa ada olah fikir, apa makna fikir tanpa proses hati,
kesinambungan fikir dan hati akan mengalahkan segala keindahan semu. Bagai
gelora angin meniup sebatang pohon cabai, tentu cabai akan roboh dengan
hantaman angin gelora itu, begitu juga jasad ini, akan roboh bahkan hancur
tanpa keseimbangan fikir dan sesuatu dalam dada. Menarik sebetulnya fikir tanpa
hati, dan menyenangkan pula jika hati tanpa fikir. Namun jasad ini bukan setan,
bukan juga malaikat. Itulah kenapa insan itu dinobatkan ciptaan Tuhan paling
sempurna. Kembali kepada diri masing-masing, mau di apakan jasad ini. Jasad
akan hancur pada waktunya, tidak ada gunanya mengagung-agungkan segunduk daging
ini. Perhatikan proses diri, lalu renungkan pula final akhir secara pasti.
Selayaknya fikir
ini merenungkan bahwaanya jasad ini adalah produksi sejarah, bagaimana sejarah
kita? Karakteristik pendahulu, kepribadian atau lenggok generasi penghasil
jasad kita ini. Pertanyaannya sudahkah kita memikirkannya? Lalu merenungkannya?
Lalu memaknainya? Lalu menterjemahkannya ke dalam pribadi kita? Kebanyakan kita
selalu terbersit menyalahkan masa lalu, padahal tidaklah salah apa-apa akan hal
itu. Jasad ini saja yang selalu ingin dimanjakan, selalu mau di permainkan
nafsu. Namun sanubari tetap saja berontak hendak berbeda dengan fikir. Sanubari
selalu ingin dimengerti dengan hal kemanfaatan dan konsumsi yang ideal seperti
dzikir. Tapi apakah jasad itu terpikir demikian? Jawabannya ada pasa jasad
masing-masing. Akselerasi atau perpaduan itu sangat perlu, ibarat motor dan
bensin, tanpa bensin motor tak akan bisa menggerakkan mesin, tanpa tang penampungan
bensin, mesti kemana bensin bertempat? Maka renungkanlah wahai jasad, ruhmu
ingin dimengerti oleh fikir mu..