Rabu, 08 Agustus 2012

Kegundahan Hati dalam Proses Fikir


Andai semua ini berpihak pada jasad, tak kan lah ada yang namanya pengertian. Manusia telah terbuai akan keindahan-keindahan dunia, fisik, pemikiran, kendaraan, fasilitas, dan apa saja yang membuat isi dalam dada puas. Sebenarnya tidak perlu memikirkan mendalam dan teliti akan hal semacam ini, kembali kepada diri pribadi masing-masing. Apa konsekuensi tindakan yang dilakukan. Tak mesti yang diharapkan mesti dipunya. Tak seharusnya berfikir semua berpihak pada diri jasad. Fikiran dan hati jauh berbeda hasil olahnya. Duniawi di olah oleh kebijakan fikiran, hikmah kebijaksanaan selalu berhasil diproses oleh sang hati. Namun apa artiinya hati tanpa ada olah fikir, apa makna fikir tanpa proses hati, kesinambungan fikir dan hati akan mengalahkan segala keindahan semu. Bagai gelora angin meniup sebatang pohon cabai, tentu cabai akan roboh dengan hantaman angin gelora itu, begitu juga jasad ini, akan roboh bahkan hancur tanpa keseimbangan fikir dan sesuatu dalam dada. Menarik sebetulnya fikir tanpa hati, dan menyenangkan pula jika hati tanpa fikir. Namun jasad ini bukan setan, bukan juga malaikat. Itulah kenapa insan itu dinobatkan ciptaan Tuhan paling sempurna. Kembali kepada diri masing-masing, mau di apakan jasad ini. Jasad akan hancur pada waktunya, tidak ada gunanya mengagung-agungkan segunduk daging ini. Perhatikan proses diri, lalu renungkan pula final akhir secara pasti.

Selayaknya fikir ini merenungkan bahwaanya jasad ini adalah produksi sejarah, bagaimana sejarah kita? Karakteristik pendahulu, kepribadian atau lenggok generasi penghasil jasad kita ini. Pertanyaannya sudahkah kita memikirkannya? Lalu merenungkannya? Lalu memaknainya? Lalu menterjemahkannya ke dalam pribadi kita? Kebanyakan kita selalu terbersit menyalahkan masa lalu, padahal tidaklah salah apa-apa akan hal itu. Jasad ini saja yang selalu ingin dimanjakan, selalu mau di permainkan nafsu. Namun sanubari tetap saja berontak hendak berbeda dengan fikir. Sanubari selalu ingin dimengerti dengan hal kemanfaatan dan konsumsi yang ideal seperti dzikir. Tapi apakah jasad itu terpikir demikian? Jawabannya ada pasa jasad masing-masing. Akselerasi atau perpaduan itu sangat perlu, ibarat motor dan bensin, tanpa bensin motor tak akan bisa menggerakkan mesin, tanpa tang penampungan bensin, mesti kemana bensin bertempat? Maka renungkanlah wahai jasad, ruhmu ingin dimengerti oleh fikir mu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar