Selasa, 01 Januari 2013


Video suara emas ustd Abu Usamah. Silahkan download... suara merdu penuh penghayatan..
Cocok untuk para imam masjid

Kamis, 11 Oktober 2012

Melestarikan Semangat Silaturahmi


Jika timbul ketidakharmonisan atau terjadi percekcokan dalam hubungan antara sesama manusia, maka harus dilakukan sesuatu usaha untuk menentramkan kembali ikatan persaudaraan dengan silaturahmi. rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang jika bertengkar lebih dari tiga hari tiga malam". Bahkan Rosulullah secara khusus menekankan: "Tidak sempurna iman seorang suami dan iman seorang isteri kalau bertengkar sampai dimalamkan".
     Bagaimana agar persaudaraan dan jalinan keakraban makin mantap dan bisa lestari, maka Rosulullah s.a.w. memberikan tuntunan sekurang-kurangnya dalam dua gambaran tentang persaudaraan dalam Islam.
Pertama, persaudaraan dalam Islam harus satu tubuh. Jika salah satu anggota badan ada yang sakit, maka yang lain harus ikut merasakan sakit. Esensinya, persaudaraan harus diwarnai oleh adanya semangat solidaritas; kepahitan hidup yang dirasakan oleh orang lain turut dirasakan oleh saudaranya.
Kedua, persaudaraan dalam Islam harus seperti sebuah bangunan. Sabda Nabi: Antara satu unsur bangunan dengan unsur yang lainnya saling memerlukan dan saling melindungi. Esensi tercakup sikap ta'awun; sikap saling tolong. Tarahum; saling menyayangi; Tadhamun; saling tanggung jawab. Seperti yang dsabdakan Rosulullah: "Tolonglah orang lain Allah akan menolong kamu, ringankan beban orang lain Allah akan meringankan bebanmu, sayangi orang lain Allah sayang kamu, maafkan orang lain Allah akan mengampuni kamu".
Untuk melestarikan sikap ini, beberapa petunjuk dapat ditemukan dalam Al-Qur'an antara lain dalam surat Al-Hujarat ayat 6-12 yaitu:
Hai orang-orang beriman! Jika ada orang fasik datang kepadamu membawa berita, pastikanlah kebenaranya, supaya jangan merugikan orang karena tak diketahui, dn kemudian kamu akan meyesali apa yang telah kamu perbuat. Dan ketahuilah bahwa di tengah-tengah kamu ada Rosulullah; kalau dlam banyak hal ia harus mengikuti kamu, tentulah kamu akan berada dalm kesulitan. Tetapi Allah membuat kamu mencintai iman, dan menjadikanya indah dalam hatimu; dan ia membuatmu benci pada kekufuran, kefasikan dan pendurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang benar; Suatu karunia dan nikmat dari Allah; dan Allah Mahatahu, Mahabijakasana. Dan kalau ada dua golongan orang beriman bertengkar, dmaikanlah mereka; tapi bila salah satu dari keduanya berlaku dhalim terhadap yang lain, maka perangilah golongan yang berlaku dhalim itu, sampai mereka kembali pada perintah Allah; bila mereka sudah kembali, dmaikanlah keduanya dengan adil, dan berlakulah adil, dan berlakulah adil; Allah mencintai orang yang berlaku adil. Orang-orang mukmin sesungguhnya bersaudara; maka rukunkanlah kedua saudaramu (yang berselisih), dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. Hai orang-orang beriman! Janganlah ada ada suatu golongan memperolok golongan yang lain; boleh jadi yang satu (yang diperolok) lebih baik dari pada yang lain (yang memperolok): Juga jangan ada perempuan yang menertawakan perempuan lain: Boleh jadi yang seorang ( yang diperolok) lebih baik daripada yang lain (yang memperolok): janganlah kamu sling mencela dan memberi nama ejekan. Sungguh jahat nama yang buruk itu setelah kamu beriman. Barang siapa tidak bertobat, orang itulah yang dhalim. Hai orang-ornag beriman! Jauhilah prasangka sebanyak mungkin; karena sebagian prasangka adalah dosa. Dan janganlah saling memata-matai, jangan saling menggunjing. Adakah diantara kamu yang suka makan daging saudaranya yang sudah mati? Tidak, kamu kan merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Allah selalu menerima tobat, dn maha pengasih. (Al-Hujarat:6-12).
Tujuh resep ayat Al-Qur'an dalam surat Al-Hujarat tersebut adalah:
Pertama, budayakan tabayun. Tabayun adalah mengecek kebenaran suatu berita yang sampai ketelinga, terutama mendengar berita jelek tentang teman, saudara dan sebagainya. Sikap seorang muslim adalah, jangan dulu percaya sebelum dicek kebenaran berita tersebut. Al-Qur'an mengatakan jangan sampai kamu benci kepada seseorang karena korban informasi. Jangan sampai mengutuk seseorang karena salah informasi. Rosulullah s.a.w. mengatakan: "Cukup bagi seseorang dikatakan pembual besar jika menceritakan segala yang didengar sebelum dicek kebenaran berita tersebut".
Dalam ajaran Islam yang benar hanya Al-Qur'an. Tafsir bisa salah bahkan hadits juga ada yang dhaif, begitupun dengan qaul ulama bisa keliru.
Kedua, budaya ishlah. Ishlah adalah meluruskan yang tidak lurus, mendamaikan yang tidak damai, merukunkan yang tidak rukun, termasuk meluruskan informasi yang salah. Dalam masyarakat Islam diperlukan suatu lembaga ishlah atau sekurang-kurangnya ada satu pribadi yang dipercya seluruh pihak untuk melakukan ishlah. Contoh dalam lembaga internasional ada (OKI) merupakan lembaga ishlah yang salah satu tugasnya adalah untuk mendamaikan antara negara-negara Islam yang bertengkar. Indah sekali jika dlam kehidupan dibudayakan tabayun dan dibiasakan ishlah. Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Islam datang dalam keanehan dan pada suatu saat nanti Islam akan muncul sebagai suatu ajaran yang aneh dan asing, berbahagialah orang-orang yang asing".
Orang-orang yang aneh adalah orang-orang yang melakukan ishlah atas segala hal yang dirusak oleh umat manusia. Oleh karena itu ishlah merupakan salah satu dakwah. Muhammad Abduh gerkan dakwahnya disebut ishlah; ingin meluruskan yang tidk lurus dan membereskan yang tidak beres.
Ketiga, hindarkan taskhirriyah, meremehkan atau memperolo-olakn orang lain.
Keempat, jangan menghina orang lain, menghina orang lain antara lain dengan mengganti nama orang lain dengan gelar-gelar yang tidak baik dan dapat menyakitkan karena mengganggu keakraban dan persaudaraan. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa termasuk menghina orang lain kalau memanggil disertai nama bapaknya.
Kelima, menjauhkan sikap su-udhon atau buruk sangka. Salah satu penyakit rohaniah yang mengakibatkan penyakit jasmaniah dan dapat menimbulkan setress adalh buruk sangka.
Keenam, jangan suka mencari kesalahan orang lain; carilah keslahan diri sendiri. Janganlah diri disibukan oleh inventarisasi kesalahn orang lain, tapi lebih baik jika menginventarisasi kesalahn diri sendiri.
Ketujuh, jangan suka menggunjing orang lain atau ghibah. Menurut Al-Qur'an, manusa yang suka ghibah itu adalah manusia sadis.
          Menggunjing bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dengan berjamaah, karena menggunjing paling nikmat dilakukan dengan berjamaah. Dirinya ingin sukses bukan dengan prestasi tapi dengan menghancurkan orang lain, yaitu dengan cara menggunjingkannya. Diperingatkan oleh Rasulullah bahwa menggunjing yang paling besar dosanya adlah menggunjing suami sendiri atau isteri sendiri. Bahkan dikatakn dlam sebuah hadits bahwa diharamkan masuk surga bagi seseorang yang suka membuka aib seorang suami atau isteri.
Agar Pergaulan Tetap Lestari
          Selain tujuh resep diatas, Nabi Muhammad memberikan enam resep tata pergaulan sehari-hari supaya tetap lestari. Buktikan keakraban persaudaraan antara sesama muslim dengan cara;
Pertama, kalau orang lain mengucapkan salam, maka harus dijawab dengn salam. mengucapkan salam adalah sunah, tapi menjawab slaam adalah wajib; fardhu kifayah, kecuali slam ketika sholat tidak perlu dijawab. Ada ketentuan slam tidak boleh diucapkan kepada non-muslim.
Kedua, kalau orang lain mengundang, penuhi undangannya. Secara khusus agama menganjurkan dua acara keluarga melibatkan orang lain; walimatul nikah dan walimatul aqiqah. Nikah dalam ajaran Islam tidak boleh sirri atau dengan sembunyi-sembunyi, tapi harus dipublikasikan. Dalam ajaran Islam jika seorang bayi lahir, maka di hari ketujuh disunatkan untuk; mencukur rambut, mengumumkan namanya dan aqiqah; yaitu menyembelih seekor kambing untuk bayi perempuan dan dua ekor kambing untuk bayi laki-laki.
Ketiga, Kalau orang lain meminta nasihat, atau saran berikanlah nasihat seperlunya. Jangan sampai orang yang sedang mengalami kesulitan dan menumpahkan kesulitnya kemudian diperberat. Sampai Nabi mengatakan kalau ada temanmu menceritakan mimpinya yang jelek berikan tafsiran yang baik supaya tidk putus asa dan menjadi pesimis. Berikanlah orang lain harapan-harapan dan rasa optimis dalam menjalankan kehidupan. Hal ini perlu dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya.
Keempat, kalau orang lain bersin dan mengucapkan "alhamdulillah", maka di jawab "yarhamukallah".
Kelima, kalau orang lain sakit doakan dan kunjungi. Kalau mengunjungi yang sakit dianjurkan untuk tidak membebani keluarga yang sakit, baik material ataupun moral. Bahkan lebih baik membantu meringankanya.
Keenam, Kalau orang lain meninggal dunia, maka antarkanlah sampai kekuburanya. Kalau ada orang yang meninggal dunia, walaupun orang itu tidak beres, maka ucapkanlah inna lillahi wa inna illaihi raji'un. Tapi jika orang meninggal dunia non-Muslim, janganlah mengucapkan inna lillahi wa inna illaihi raji'un. Kalau ada orang yang membawa jenazah dan melewatinya dianjurkan untuk berdiri, walaupun yang meninggal dunia non-Muslim. Jika melihat mayat dianjurkan untuk menutup mulut dan matanya, kemudian tanganya harus disimpan di dadanya. Selanjutnya dimandikan, dikafani, dan dikubur. Jika mayat akan dikubur, jangan ada barang apapun yang dibawa kecuali kain kafan. Bahkan makampun jangan dibuat mewah, boleh ditembok itupun hanya pinggirnya saja. Begitu juga dengan peti mayat, jika mayat dalam keadaan normal lebih baik tidak menggunakan peti. Apabila menggunakan peti, maka dalam peti harus diberi tanah.
          Jika petunjuk-petunjuk diatas dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, insya Allah kehidupan antara sesma Muslim akan terjelma kehidupan yang harmonis.

Rabu, 08 Agustus 2012

Kegundahan Hati dalam Proses Fikir


Andai semua ini berpihak pada jasad, tak kan lah ada yang namanya pengertian. Manusia telah terbuai akan keindahan-keindahan dunia, fisik, pemikiran, kendaraan, fasilitas, dan apa saja yang membuat isi dalam dada puas. Sebenarnya tidak perlu memikirkan mendalam dan teliti akan hal semacam ini, kembali kepada diri pribadi masing-masing. Apa konsekuensi tindakan yang dilakukan. Tak mesti yang diharapkan mesti dipunya. Tak seharusnya berfikir semua berpihak pada diri jasad. Fikiran dan hati jauh berbeda hasil olahnya. Duniawi di olah oleh kebijakan fikiran, hikmah kebijaksanaan selalu berhasil diproses oleh sang hati. Namun apa artiinya hati tanpa ada olah fikir, apa makna fikir tanpa proses hati, kesinambungan fikir dan hati akan mengalahkan segala keindahan semu. Bagai gelora angin meniup sebatang pohon cabai, tentu cabai akan roboh dengan hantaman angin gelora itu, begitu juga jasad ini, akan roboh bahkan hancur tanpa keseimbangan fikir dan sesuatu dalam dada. Menarik sebetulnya fikir tanpa hati, dan menyenangkan pula jika hati tanpa fikir. Namun jasad ini bukan setan, bukan juga malaikat. Itulah kenapa insan itu dinobatkan ciptaan Tuhan paling sempurna. Kembali kepada diri masing-masing, mau di apakan jasad ini. Jasad akan hancur pada waktunya, tidak ada gunanya mengagung-agungkan segunduk daging ini. Perhatikan proses diri, lalu renungkan pula final akhir secara pasti.

Selayaknya fikir ini merenungkan bahwaanya jasad ini adalah produksi sejarah, bagaimana sejarah kita? Karakteristik pendahulu, kepribadian atau lenggok generasi penghasil jasad kita ini. Pertanyaannya sudahkah kita memikirkannya? Lalu merenungkannya? Lalu memaknainya? Lalu menterjemahkannya ke dalam pribadi kita? Kebanyakan kita selalu terbersit menyalahkan masa lalu, padahal tidaklah salah apa-apa akan hal itu. Jasad ini saja yang selalu ingin dimanjakan, selalu mau di permainkan nafsu. Namun sanubari tetap saja berontak hendak berbeda dengan fikir. Sanubari selalu ingin dimengerti dengan hal kemanfaatan dan konsumsi yang ideal seperti dzikir. Tapi apakah jasad itu terpikir demikian? Jawabannya ada pasa jasad masing-masing. Akselerasi atau perpaduan itu sangat perlu, ibarat motor dan bensin, tanpa bensin motor tak akan bisa menggerakkan mesin, tanpa tang penampungan bensin, mesti kemana bensin bertempat? Maka renungkanlah wahai jasad, ruhmu ingin dimengerti oleh fikir mu..

Tips Menghadapi Galau


Galau
 Islam adalah solusi atas semua permasalahan yang ada. Termasuk masalah-masalah remaja.   Islam mengatur kehidupan kita dari mulai bangun tidur hingga malam hari kita tidur lagi, pastikan bahwa aturan Islam menjadi landasan aktivitas kita.

Sobat muda muslim, termasuk yang lagi jadi sorotan saat ini adalah masih banyaknya di antara kamu yang hidupnya merasa ‘galau’. Istilah galau ini kalo di cari di internet jadi banyak macamnya, ada yang bilang galau adalah suatu keadaan ketika suasana hati menginginkan kebebasan, namun ada yang mengikat, nggak mau lepas. Ditemukan juga istilah galau adalah suatu keadaan dimana kita memikirkan suatu hal secara berlebihan, bingung apa yang harus dilakukan, sehingga menimbulkan efek emosi melabil, pikiran pusing, dan mendadak insomnia. Tapi kalo di Kamus Besar Bahasa Indonesia, galau itu artinya sibuk beramai-ramai, sangat ramai atau kacau tidak karuan (pikirannya). Meski sedikit berbeda, tapi penampakan umum ‘penderita’ galau adalah sering resah dan suka mengeluh, masalah pribadi (sengaja) diumbar ke publik (via facebook atau twitter). Nah kamu termasuk yang galau nggak nih?..hehe 

Mengapa harus galau?

Sahabat pembaca yang budiman, tidak cukupkah Allah Swt. memberi nikmat buat kita? Tak sadarkah kalo kita udah diberi waktu untuk hidup? Saat kita bangun pagi, membaca doa, lalu berpikir sejenak: “Aku masih hidup, terima kasih ya Allah. Engkau telah memberikan kesempatan bagiku untuk menjemput karunia-Mu yang besar dan berlimpah di dunia ini”. Subhanallah, kalo semua remaja dan umat manusia ini berpikiran demikian, rasanya sedikit, atau malah nggak ada yang galau dalam hidupnya. Seberat apapun masalah yang dihadapi, tak akan berkeluh kesah dan putus asa. Sebaliknya, akan kian semangat mencari solusinya dengan tetap mengharap ridho Ilahi.
Jadi, tidak ada alasan untuk galau kan? Allah Swt. udah mberi begitu banyak kenikmatan bagi kita. Gak perlu deh nulis status di facebook dengan segudang kegalauanmu.. :-)

1.     Curhat sama Allah
Sebagai orang yang beriman kepada Allah Swt., sangat tidak pantes jika kita berkeluh kesah, putus asa, dan mengumbar kegalauan ke seantero penduduk bumi. Cukup Allah Ta’ala saja sebagai tempat kamu ‘curhat’. Orang lain belum tentu bisa semuanya membantu kesulitanmu, tetapi Allah Swt. insya Allah pasti akan menolongmu. Jadi selalu ingat Allah di kala hatimu resah, gelisah, gundah gulana bin galau.
Allah Swt berfirman: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS ar-Ra’d [13]: 28)
Salah seorang ulama salaf berkata: “Sungguh kasihan orang-orang yang cinta dunia, mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan dunia ini, padahal mereka belum merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia ini”, maka ada yang bertanya: “Apakah kenikmatan yang paling besar di dunia ini?”, Ulama ini menjawab: “Cinta kepada Allah, merasa tenang ketika mendekatkan diri kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta merasa bahagia ketika berzikir dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya” (Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/72)

2.     Jangan putus asa.
Sahabat, kegagalan bukanlah akhir dari segalanya dalam hidup kita. Realistis saja. Ibarat dua sisi mata uang, kalo yang satu adalah kegagalan, maka sisi lainnya adalah keberhasilan. Jadi, masih ada kesempatan untuk mencobanya lagi. Maju terus pantang mundur dan jangan galau

3.     Belajar dari kesalahan. 
Hidup ini penuh dinamika. Kemarin kita boleh gagal. Tapi esok, jangan terulang lagi. Itu sebabnya, pelajari kenapa kita gagal. Mungkin ada kesalahan yang kita lakukan. Mending pelajari dan perbaiki kesalahan itu, ketimbang ngumbar galaumu.

4.     Galang dukungan.
Tidak usah malu untuk meminta dukungan dari pihak lain. Apalagi jika kekuatannya bisa memperbaiki kegagalan dan kegalauan kita. Kita bisa lakukan itu untuk meningkatkan semangat dan kinerja kita. Jadi gandeng teman, ortu, guru dsb untuk membantu atasi kegalauanmu selama ini.

5.     Baca biografi orang yang sukses dalam hidupnya. 
Kamu bisa baca kisah Rasulullah dan para sahabatnya., dan juga orang-orang sukses setelah mereka. Siapa tahu bisa tambah bikin semangat. Cobalah.
Semoga bermanfaat. Wallahua’lam.....

Jumat, 06 Januari 2012

Mengapa THIBBUN NABAWI (Bekam, Herbal Nabawi, Ruqyah Syar’iyyah, dll) bisa TAK BERKHASIAT terhadap seseorang ???


Oleh: Abdul Rojib
Mungkin ada di antara kita yang pernah mencoba melakukan pengobatan thibbun nabawi dengan cara ber-Bekam/Hijamah, mengkonsumsi herba-herba nabawi seperti minum madu misalnya atau habbah sauda`, atau dengan ruqyah syar’iyyah membaca ayat-ayat Al-Qur`an dan doa-doa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun tidak merasakan pengaruh apa-apa, Penyakitnya tak kunjung hilang.
Ujung-ujungnya, kita meninggalkan thibbun nabawi karena kurang percaya akan khasiatnya, lalu beralih ke obat-obatan kimiawi.
Mengapa demikian…?
Mengapa kita tidak mendapatkan khasiat sebagaimana yang didapatkan Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu ketika meruqyah dirinya dengan Al-Fatihah? Atau seperti yang dilakukan oleh seorang shahabat ketika meruqyah kepala suku yang tersengat binatang berbisa di mana usai pengobatan si kepala suku (pemimpin kampung) sembuh seakan-akan tidak pernah merasakan sakit?
Di antara jawabannya, sebagaimana ucapan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu yang telah lewat, bahwasanya manjurnya ruqyah (pengobatan dengan membaca doa-doa dan ayat-ayat Al-Qur`an) hanyalah diperoleh bila terpenuhi dua hal:
Pertama:
Dari sisi si penderita, harus lurus dan benar niat/tujuannya, serta seberapa besar keyakinannya/sugesti positifnya terhadap metode pengobatan ala nabi yang mulia ini.
Kedua:
Dari sisi yang mengobati, harus memiliki kemampua/kekuatan dalam memberi motivasi/ bimbingan/ arahan dan kekuatan hati/ sugesti positf dengan berlandaskan takwa dan tawakkal kepada Allohu Asy-Syafii.
Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu berkata: “Ada hal yang semestinya dipahami, yakni zikir, ayat, dan doa-doa yang dibacakan sebagai obat dan yang dibaca ketika meruqyah, memang merupakan obat yang bermanfaat. Namun dibutuhkan respon pada tempat, kuatnya semangat dan pengaruh orang yang meruqyah. Bila obat itu tidak memberi pengaruh, hal itu dikarenakan lemahnya pengaruh peruqyah, tidak adanya respon pada tempat terhadap orang yang diruqyah, atau adanya penghalang yang kuat yang mencegah khasiat obat tersebut, sebagaimana hal itu terdapat pada obat dan penyakit hissi.
Tidak adanya pengaruh obat itu bisa jadi karena tidak adanya penerimaan thabi’ah terhadap obat tersebut. Terkadang pula karena adanya penghalang yang kuat yang mencegah bekerjanya obat tersebut. Karena bila thabi’ah mengambil obat dengan penerimaan yang sempurna, niscaya manfaat yang diperoleh tubuh dari obat itu sesuai dengan penerimaan tersebut.
Demikian pula hati. Bila hati mengambil ruqyah dan doa-doa perlindungan dengan penerimaan yang sempurna, bersamaan dengan orang yang meruqyah memiliki semangat yang berpengaruh, niscaya ruqyah tersebut lebih berpengaruh dalam menghilangkan penyakit.” (Ad-Da`u wad Dawa`, hal.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu menyatakan, terkadang sebagian orang yang menggunakan thibbun nabawi tidak mendapatkan kesembuhan. Yang demikian itu karena adanya penghalang pada diri orang yang menggunakan pengobatan tersebut. Penghalang itu berupa lemahnya keyakinan akan kesembuhan yang diperoleh dengan obat tersebut, dan lemahnya penerimaan terhadap obat tersebut.
Contoh yang paling tampak/ jelas dalam hal ini adalah Al-Qur`an, yang merupakan obat penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada. Meskipun demikian, ternyata sebagian manusia tidak mendapatkan kesembuhan atas penyakit yang ada dalam dadanya. (Hal ini tentunya terjadi, -pent.) karena kurangnya keyakinan dan penerimaannya. Bahkan bagi orang munafik, tidak menambah kecuali kotoran di atas kotoran yang telah ada pada dirinya, dan menambah sakit di atas sakit yang ada.
Dengan demikian thibbun nabawi tidak cocok/tidak pantas kecuali bagi tubuh-tubuh yang baik, sebagaimana kesembuhan dengan Al-Qur`an tidak cocok kecuali bagi hati-hati yang baik. (Fathul Bari, 10/210)
Tentunya perlu diketahui bahwa kesembuhan itu merupakan perkara yang ditakdirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia Yang Maha Kuasa sebagai Dzat yang memberikan kesembuhan terkadang menunda pemberian kesembuhan tersebut, walaupun si hamba telah menempuh sebab-sebab kesembuhan. Dia menundanya hingga waktu yang ditetapkan hilangnya penyakit tersebut dengan hikmah-Nya.
Yang jelas kesembuhan dapat diperoleh dengan obat-obatan jika dikonsumsi secara tepat, sebagaimana rasa lapar dapat hilang dengan makan dan rasa haus dapat hilang dengan minum. Jadi secara umum obat itu akan bermanfaat. Namun terkadang kemanfaatan itu luput diperoleh karena adanya penghalang. (Fathul Bari, 10/210)
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.